Diam, Ternyata Dia Teman | Sahabat Rahasia #Part 2
![]() |
Dok: COP School Batch 9 |
Malam makin larut, nyiur Jangkrik dan serangga malam mulai memekik di telinga. Iringan penghantar tidur saat mata berusaha terlelap diatas tanah yang basah.
Sebagai seorang yang
memang gemar melakukan pengamatan, terutama untuk prilaku yang jarang diteliti,
diberi tugas untuk memperhatikan segala sesuatu yang dilakukan oleh sahabat
rahasia terasa begitu menyenangkan. Awalnya saya berfikir seperti itu.
Karena yang ada dibenak
saya adalah, akan ada banyak cerita yang bisa ditulis dari berbagai tingkah
lakunya selama karantinya.
Nyatanya…
Matahari belum sampai,
tapi saya lebih dulu terbangun. Hujan deras kemarin sore menyisakan tapak di
bawah terpal tenda yang terlanjur basah, tembus sampai ke dalam. Selain dingin
udara pagi, basahnya terpal juga membawa dampak untuk baju yang saya gunakan.
Klebus.
Pelataran belum ramai orang,
sambil memastikan barang yang lain tidak basah, sesekali saya buang pandangan
keluar. Alasannya guna memastikan target yang harus saya amati tetap berada
dalam jarak pantau yang sesuai. Pagi itu saya resmi jadi pengamat sang pendiam.
Tentang apa saja yang dia
lakukan saya catat, lengkap dengan waktunya. Di hari pertama, dia menuju kamar mandi
pukul 05.28, mulai ambil makan pukul 07.14,
bahkan tidur pertamanya dipagi hari saat penjelasan materi tak luput saya
dokumentasikan. Terangkum dalam lembaran kertas, tidak teratur namun berpola.
Sayangnya, saya
benar-benar bosan jika terus mencatat kegiatan monoton yang dia lakukan. Hari kedua
saya sudah bisa menduga apa yang akan dia lakukan. Cukup dengan melihat susunan
acara, saya bisa tau dia sedang berada dimana.
Rosa terbilang peserta
yang tidak banyak melakukan kebocoran, perempuan anteng yang lebih memilih diam
dari pada ikut banyak berkoar. Asumsi lain yang bisa saya jelaskan adalah, dia
kalah berisik dari teman sekelompoknya, atau Rosa yang sebenarnya memang masih
disimpan dalam-dalam. Karena jadi Rosa yang sesungguhnya perlu melewati
beberapa purnama.
Sejak hari ketiga, saya
tidak lagi membuat rincian kegiatan yang dilakukannya, konsistensi untuk
mencatat kegiatan Rosa saya alokasikan untuk melakukan hal lain yang menurut
saya lebih bervariasi.
Sesi akhir sebelum
sekolah Orangutan ditutup. Setiap peserta harus menceritakan sahabat
rahasianya. Saya yang kehabisan akal untuk mendeskripsikan Rosa. Pendiam yang
menyenangkan, hanya itu yang bisa saya simpulkan.
Ternyata, apa yang saya
amati meleset 100%, pasalnya teman dekat Rosa tidak terima jika sahabatnya
dibilang pendiam. Menurutnya perempuan yang menjadi sahabat rahasia saya adalah
pribadi yang absurd, sering berkelakuan tidak wajar dan nyeleneh.
Selama hampir satu
minggu mengamati Rosa, saya merasa terkecoh dan separuh gagal. Bukan masalah, karena
setiap keakraban butuh proses panjang. Beberapa orang butuh waktu sekejap untuk
bisa mendengar tentang segala hal. Namun sebagiannya lagi membutuhkan jam
terbang dan waktu bersama yang cukup panjang.
Dengan ini dapat saya
simpulkan, apa yang dilihat bukan apa yang tampak. Nyambung gak? Heeheh.
Jadi, tiap individu punya
caranya masing-masing untuk bersikap, dan memilah setiap perkenalan.
Sekian tentang sahabat
rahasia.
Terima kasih sudah
membaca.
Salam hormat pake tangan
kanan.
~Sonowl
Posting Komentar untuk "Diam, Ternyata Dia Teman | Sahabat Rahasia #Part 2"