Membudayakan Rasa Malas Itu Penting
Bagaimana dengan malas? Yaudah, malas mah malas aja, mau diapain juga malas. Budayakan aja biar kaya lele.
Lagi-lagi penilaian nitizen suka beragam tentang malas, semuanya jadi negatif, apa-apa gak pernah bener. Maklum lah ya, nitizen mah suka gitu, komentarin semua hal, padahal mereka belum tentu bisa ngelakuin hal yang dilakukan konten kreator, sepertinya mereka juga pemalas. Loh, malah jadi ikutan ngehina nitizen.
Padahal, malas adalah pemicu kemajuan zaman loh, gak percaya?
Jadi gini Su, Sengsu! Dulu orang-orang purba pada berburu, lalu tiba saatnya mereka pada mager, males mau ngapa-ngapain, keenakan di dalam goa, mungkin diantara lamunannya mereka berfikir;
"Enak ya kalo ujan tapi udah ada makanan, gak pake berburu, gausah lari-lari lagi ngejar babi," timbulah ide untuk berternak, membudidayakan umbi dan biji-bijian yang kala itu melimpah. Para ahli sejarah sepakat bahwa pada 8000 SM pertanian pertama dimulai, daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia. Kala itu, gandum, buncis, kacang arab, jelai adalah jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan.
Gimana? Apakah sudah timbul keyakinan bahwa rasa malas adalah awal dari perubahan? Kalo belum, nih contoh lagi.
Memasuki era modern, sepeda pertama kali diciptakan untuk menunjang aktivitas. Menurut sejarah yang ada, Perancis merupakan tempat asal mula nenek moyang sepeda, dengan bentuk yang primitif dan bukan berbahan besi atau carbon seperti sekarang, alat ini pada masanya disebut velocipede, bertahun-tahun istilah ini merujuk pada hasil rancang kendaraan roda dua. Adanya kendaraan ini didasari oleh malasnya orang-orang zaman tersebut untuk berjalan, karena dirasa memakan waktu yang lama untuk menempuh jarak yang tidak seberapa, maka diciptakanlah sepeda untuk lebih mengefektifkan aktivitas.
Teknologi semakin berkembang didukung dengan rasa malas yang makin menjalar, setelah orang-orang merasa malas untuk mengayuh sepeda, mereka menciptakan motor sebagai mesin penggerak, alhasil mereka tidak perlu mengayuh lagi, sampai saatnya timbul lagi rasa malas menunggangi kendaraan sepeda motor, panas kepanasan, hujan kehujanan. Lalu diciptakanlah mobil, biarpun cikal bakal mobil terinspirasi dari kereta kuda, namun sepeda motor merupakan titik awal dari majunya teknologi otomotif sampai saat ini.
Bahkan tokoh terkemuka seperti Bill Gates pernah bersabda "I choose a lazy person to do a hard job. Because a lazy person will find an easy way to do it". Orang yang malas selalu punya cara sendiri untuk menyelesaikan berbagai macam rintangan yang dihadapinya, mungkin istilah yang tepat di era ini adalah "Jangan Rempong".
Padahal, malas adalah pemicu kemajuan zaman loh, gak percaya?
Jadi gini Su, Sengsu! Dulu orang-orang purba pada berburu, lalu tiba saatnya mereka pada mager, males mau ngapa-ngapain, keenakan di dalam goa, mungkin diantara lamunannya mereka berfikir;
"Enak ya kalo ujan tapi udah ada makanan, gak pake berburu, gausah lari-lari lagi ngejar babi," timbulah ide untuk berternak, membudidayakan umbi dan biji-bijian yang kala itu melimpah. Para ahli sejarah sepakat bahwa pada 8000 SM pertanian pertama dimulai, daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia. Kala itu, gandum, buncis, kacang arab, jelai adalah jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan.
Gimana? Apakah sudah timbul keyakinan bahwa rasa malas adalah awal dari perubahan? Kalo belum, nih contoh lagi.
![]() |
Sumber Google |
Teknologi semakin berkembang didukung dengan rasa malas yang makin menjalar, setelah orang-orang merasa malas untuk mengayuh sepeda, mereka menciptakan motor sebagai mesin penggerak, alhasil mereka tidak perlu mengayuh lagi, sampai saatnya timbul lagi rasa malas menunggangi kendaraan sepeda motor, panas kepanasan, hujan kehujanan. Lalu diciptakanlah mobil, biarpun cikal bakal mobil terinspirasi dari kereta kuda, namun sepeda motor merupakan titik awal dari majunya teknologi otomotif sampai saat ini.
Bahkan tokoh terkemuka seperti Bill Gates pernah bersabda "I choose a lazy person to do a hard job. Because a lazy person will find an easy way to do it". Orang yang malas selalu punya cara sendiri untuk menyelesaikan berbagai macam rintangan yang dihadapinya, mungkin istilah yang tepat di era ini adalah "Jangan Rempong".
Photo by Son Owl |
~SonOwl
Buat saya, malas terjadi karena kita tidak menyukai sesuatu. Misal gini; saya paling malas kalo diajak apalagi disuruh pergi ke mall, alasannya adalah saya tidak menyukai keramaian dan individu yang ada disana, karena yang ada di mall selalu kontradiktif dengan jalan pikiran saya. Kapitalis, pamer, dan hal lain yang gak mau saya utarakan. Nah untuk mengatasi rasa malas pergi ke mall, saya belanja di toko online. Selain lebih murah, juga lebih irit, gak laper mata.
Bukan berarti saya gak pernah pergi ke mall atau toko swalayan loh ya, saya cuma gak suka.
Ada juga manusia yang "malas" makan sayuran, hal tersebut terjadi karena dia tidak menyukai sayuran, terserah alasannya apa, warnanya, baunya, rasanya atau alasan lain, karena setiap manusia selalu punya alasan untuk membuat pendapatnya menjadi benar.
Mungkin para Sengsu sering terlibat dengan rasa malas, baik malas dengan skala yang kecil sampai malas dengan level yang maksimal. Tapi gak masalah, selagi malasmu memberikan secercah harapan, lakukan saja jika menurutmu itu benar dan tidak menyakiti siapapun.
"Seketika saya merasa menjadi orang paling berpengaruh abad ini"
***
Untuk mengukuhkan lagi teori tanpa penelitian yang saya utarakan, ada baiknya para Sengsu paham tentang kenapa harus malas.
Beberapa alasan yang menguatkan jika "malas" perlu dibudidayakan:
1. Malas Itu Gak Ribet
Biasanya pemalas tidak terlalu sibuk dengan hal yang menurut dia tidak perlu dilakukan. Hal ini bisa dibuktikan ketika sedang berpergian, pemalas cenderung membawa barang yang lebih sedikit namun optimal secara fungsi. Bukan berarti menyepelekan, tapi pemalas lebih tau hal mana yang lebih diprioritaskan. Selain itu, pemalas lebih santai dalam menghadapi rintangan, tidak mudah panik dan optimis.
2. Malas Itu Kreatif dan Inovatif
Pemalas selalu punya cara yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Contoh yang paling ringan adalah, Rachel disuruh sama Simbok untuk memetik beberapa mangga di halaman, tapi pohonnya tinggi dan Rachel malas untuk memanjat pohon tersebut, akhirnya Rachel membuat alat pemetik mangga menggunakan tongkat bambu untuk memetik mangga, selain memudahkan Rachel, bambu tersebut digunakan lagi oleh Simbok dikemudian hari karena dirasa mudah untuk memetik mangga. Malas yang bermanfaat.
Seperti yang sudah kita bahas panjang lebar diatas, malas adalah awal terciptanya kemajuan.
3. Pemalas Tau Kapan Harus Beristirahat
Karena didasari rasa malas yang menggebu-gebu, pemalas tau tentang kapasitas diri mereka, kapan harus berkerja keras, dan tau saat yang tepat untuk ambil waktu istirahat. Pemalas tidak memforsir diri, karena pemalas paham kerja secara optimal.
4. Orang Malas Selalu Membuka Peluang
Orang yang malas selalu memiliki peraturan sendiri, mereka sukar untuk mengikuti peraturan yang ada, yang jelas mereka susah diatur dan gak mau diatur, hal ini menjadikan mereka membuka peluangnya sendiri, contohnya para pengusaha; mereka bukanlah tipikal manusia yang nurut dan suka diperintah, oleh sebab itu mereka lebih memilih jalannya sendiri ketimbang harus mengikuti aturan yang sudah ada. Jadi, berbahagialah kamu para Sengsu yang pemalas, kalian sudah memiliki jiwa entrepreneur, tinggal dilatih dan diuji.
5. Malas Itu Hebat
Selain pemalas memiliki skala prioritas yang baik, mereka juga lebih pintar memanfaatkan teknologi untuk membuat dirinya lebih malas. Apalagi dengan alat yang sudah serba canggih di era sekarang. Semua menunjang pemalas untuk menjadi lebih malas, tapi mereka punya tujuan. selagi itu mempermudah, kenapa engga!
Semakin hebat teknologi dan kita dapat menguasainya, kita akan menjadi tambah malas.
Jadi, apakah Sengsu masih berfikir jika malas adalah perbuatan yang salah? Terserah sih, toh saya yakin Sengsu pasti punya penjelasan kenapa kamu menyukai sesuatu atau tidak menyukainya.
Photo by Son Owl |
Silahkan merencanakan sesuatu dari malasmu, yang penting kamu suka, kenapa engga!
Sekian untuk malas kali ini, saya rasa, saya sudah didera malas dan ingin segera bermalas-malasan, mungkin sesekali gak masalah, yang penting jangan keterusan. Malas itu baik.
Terimakasih sudah membaca, jka kamu memiliki pendapat lain, silahkan tinggalkan coretan di kolom komentar, jangan percaya kata-kata saya 100% karena bisa jadi salah dan belum tentu benar, yang tau tentang kamu ya cuma kamu, menjadi diri sendiri lebih baik dari pada memaksa diri untuk menjadi orang lain.
Sampai jumpa Su, Sengsu!
~SonOwl
Posting Komentar untuk "Membudayakan Rasa Malas Itu Penting"