Empati Itu Mahal, Tapi di Jogja Gratis.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, saling terikat dan saling menjalin keharmonisan agar tetap selaras. Sama halnya seperti aku butuh kamu, kamu butuh dia, dia sama yang lain, terus kamu cerita dan nangisnya ke aku. Kan sakit bang**t.
Tapi gak masalah, setidaknya aku tetap dibutuhkan walau sekedar jadi tempat pengaduan.
*Bulshit
Bicara mengenai empati, pada dasarnya setiap makhluk yang diciptakan oleh Tuhan pasti memiliki empati, bukan hanya manusia, hewan, tumbuhan, alien, setan dan seluruh makhluk di semesta jagad raya ini pasti punya empati. Punya rasa pada sesamanya, sedih, senang, marah. Mereka juga bersosial, tapi tidak sosialita kaya kamu.
Tentang empati, saya merasa bersyukur dilahirkan di Indonesia, dan merasakan tinggal di banyak tempat, terutama di Jogja.
Jogja Istimewa, kata orang sih gitu, tapi apa yang buat Jogja bisa sebegitunya dibilang istimewa?
Apa karena ada Merapi? Punya banyak Candi? atau gara-gara Malioboro? Saya rasa lebih dari itu, gak melulu tentang tempat, tapi lebih karena orang-orangnya, budayanya, toleransinya dan faktor lain.
Foto ini saya ambil dari atas bus, pagi hari, sekitar pukul 7 di jalan kaliurang, sepertinya sih kehabisan bensin, gak nunggu lama, langsung ada bapak-bapak yang menghampiri, mungkin tanya-tanya kenapa dengan motor si adek yang mau berangkat sekolah, sebentar waktu kemudian langsung pancal. Pancal dalam bahasa jawa artinya tendang, tapi kalo di ranah permogokan istilah ini bisa berarti "dorong motor pake kaki". Misal Sengsu punya istilah lain, silahkan dipakai deh, yang penting masih dalam frekuensi yang sama.
Pengalaman seperti ini juga pernah saya alami, kalo gak salah waktu itu di jalan Wonosari, arah pulang menuju Sleman, ditengah perjalanan ternyata bensin habis, sekitar pukul 2 dini hari, jalanan sepi, sepi banget, cuma ada gelap, lampu jalan dan beberapa truk pasir yang lewat. Kejadian kaya gini kalo di kota kelahiran saya bakalan jadi moment indah buat para begal, biarpun abis bensin, bakal tetep dibegal. Percaya deh, penjahat di kota kelahiran saya hampir semuanya kreatif.
Setelah nuntun motor kurang lebih 2 km, kedengeran tuh suara motor dari arah belakang, ngebut, dan pas ngeliat saya dorong motor, dia tarik rem dengan kencang, gak berenti persis disamping saya, sedikit labas karena kecepatannya yang berlebihan. Setelah dia putar balik, dia tanya tuh "ngopo mas? mogok opo bensin?"
Secara spontan saya jawab "bensin mas." Gak pake dijawab, dia langsung pergi, sempat ngegerutu dalam hati, kesal aja, main tinggal gak pake babibu. Ternyata mas yang gak saya ketahui namanya itu pergi cari bensin, dia balik lagi ke saya dengan se-plastik bensin. Setelah itu saya merasa berdosa karena sudah berpikiran buruk, mengeluarkan sumpah serapah, tapi gak jadi, sudah saya tarik lagi dan minta maaf sama tuhan.
Pesan masnya adalah "nanti kalo lihat orang yang kehabisan bensin, jangan lupa dibantu"
Jangan ditelan mentah-mentah ya, pokonya kalo ada yang butuh bantuan, dibantu. Semampu dan sekuat yang Sengsu bisa.
Masih banyak contoh lain yang membuat Jogja dapet predikat istimewa, kalo ditempat lain ilmu itu mahal, di Jogja gak pake bayar. Gak semua sih, nyatanya uang kuliah juga gak murah, tapi banyak kok. Sekolah photography, sekolah musik, sekolah alam, atau sekolah anu, dan berbagai ilmu lain, asal kamu mau bergerak, pasti dapet ilmu melimpah.
Awalnya saya juga heran kenapa orang-orang disini suka banget berbagi, suka banget diskusi, ternyata setelah sedikit demi sedikit saya berkecimpung di dalamnya, ternyata ada hal yang gak bisa diperoleh dengan uang, yaitu kebahagiaan dan kepuasan. Ada yang pernah bilang "sukses itu bukan banyak uang, tapi banyak ilmu dan teman". Itu guru saya yang bilang. Saya mah cuma bisa "oke sip". Hahaha
Photo by SonOwl |
Sekali lagi, saya bersyukur kepada Tuhan karena sudah menjadikan Jogja sebagai bagian dari Indonesia, kalo engga kan ribet.
Sekian untuk empati hari ini, agak gak nyambung sih, tapi yang perlu kamu yakini, semesta gak akan kehabisan orang baik, apalagi ketika kamu menjadi salah satunya, menebarkan dan menumbuhkan bibit-bibit baru dan unggul yang cinta pada sesamanya.
God Bless You.
Sampai jumpa Su, Sengsu!
~Son Owl
Posting Komentar untuk "Empati Itu Mahal, Tapi di Jogja Gratis."