Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sampah yang Kamu Buang, Tersangkut di Pikiranku


Siapa sampah sebenarnya? Apakah botol yang hanyut di aliran sungai? Apakah kresek tak bertuan yang ada di pinggir jalan? Atau Aku?

Semua orang boleh menyimpulkan dan membuat definisinya sendiri tentang sampah. Termasuk aku. Menurutku, sampah adalah ketiadaan. Seperti gelap yang dibentuk dari ketiadaan cahaya, atau seperti dingin yang ada karena ketiadaan panas. Sampah merupakan cara pikir manusia malas yang menganggap sesuatu yang tidak berguna sebagai sampah. Yang dibuang karena sudah dipakai, yang tidak lagi dianggap berguna karena telah diperas habis fungsinya.

Indonesia berada diurutan kedua setelah Tiongkok sebagai negara yang menghasilkan sampah plastik terbanyak di dunia. Dari seluruh sampah yang dihasilkan setiap hari, baru tujuh persen yang mampu didaur ulang. Sisanya ada yang berakhir di TPA, sebagian lainnya berkeliaran di laut, di gunung, di segala tempat dimana manusia memijakan kaki disana.

Pola pikir mengenai sampah harusnya memang dihapuskan, bukan untuk melegalkan buang sampah sembarangan, namun lebih pada "sesungguhnya sampah tidak pernah ada jika kita tidak menganggapnya sebagai sampah". Botol akan tetap menjadi botol, kantong plastik akan tetap jadi kantong plastik. Tidak pernah menjadi sampah. Yang menjadikannya sampah adalah kamu, adalah aku, adalah semua dari kita dengan alasan 'sudah tidak terpakai'.

Sementara orang-orang banyak yang mengkampanyekan anti plastik, bersikap keras pada air kemasan, memusuhi sedotan dan orang yang menggunakannya. Tapi mereka pula yang belum merubah pola pikirnya, masih beranggapan 'semua yang tidak berguna adalah sampah'.

Sekali lagi, sampah tidak akan menjadi sampah jika kita tidak menganggapnya sebagai sampah. Secara terang terangan saya membenci plastik, tapi bukan saya tidak menggunakannya. Saya masih menggunakan plastik saat belanja, saya masih membeli air mineral kemasan jika terpaksa, dan saya masih menggnakan sedotan plastik warna warni karena gigi ngilu. Dan saya tidak pernah membuangnya. Yang mendasari saya terus menyimpan barang yang pernah saya gunakan adalah; kelak mereka akan saya gunakan lagi.

Saya biasa menggunakan plastik Indomaret untuk belanja di Indomaret, kresek yang saya dapat pada belanja sebelumnya saya bawa lagi sebagai wadah. Biasanya orang lain heran dengan sikap saya, dan beberapa ada yang bertanya "kenapa gak totebag? Kenapa gak pake tas aja?" dan pertanyaan lain dangan tatapan yang menghujam dan menghakimi. Buat saya sama saja. Jika tas hanya digunakan sekali, lalu bedanya dengan kresek yang bisa kita dapatkan gratis apa?

Cara saya untuk mendeklarasikan anti plastik bukan dengan pemaksaan, diawali dari diri sendiri, dari kebiasaan mudah yang bisa ditularkan. Mulai mengurangi, bukan tidak menggunakannya sama sekali.

Tuhan tidak menciptakan sampah kecuali aku. Aku selalu beranggapan diriku tidak berguna agar bisa terpacu untuk terus bermanfaat. Apa yang Tuhan ciptakan selalu bermanfaat, dan tidak untuk dibuang. Termasuk ide pendahulu yang menemukan kantong kresek sebagai media untuk mempermudah, bukan memperparah.

KITA SALAH KAPRAH.
Sampah yang Kamu Buang, Tersangkut di Pikiranku.

~sonowl

Posting Komentar untuk "Sampah yang Kamu Buang, Tersangkut di Pikiranku"